Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian
Naskah: Iqbal Ramdhani Foto: Istimewa
Berkat kerja optimalnya, Stefanus Ridwan sukses membawa PT Pakuwon Jati Tbk konsisten membukukan kinerja positif, seperti pada paruh pertama tahun 2018, perusahaan berkode emiten PWON ini meraih pendapatan bersih Rp3,38 triliun atau meningkat 14,4% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,95 triliun.
Selain itu, perseroan juga mengantungi laba komprehensif sebesar Rp1,28 triliun, naik 32% dari tahun 2017 yang sebesar Rp969 miliar. Perseroan menjelaskan, di luar penyesuaian atas kurs mata uang asing dan penalti atas penebusan utang obligasi, laba komprehensif perseroan tumbuh 31,7% pada semester l/2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengembang properti berbasis di Surabaya, Jawa Timur ini terus melakukan ekspansi usaha di berbagai wilayah. Selain di Jakarta dan Surabaya, kali ini mereka berencana membangun proyek properti baru pada 2019 mendatang. Nilai pembangunan proyek tersebut diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. Stefanus mengatakan, proyek tersebut bakal digarap di atas lahan seluas 3,6 hektare (ha). Lahan tersebut berada di kawasan strategis di Bekasi Barat. “Proyek ini nantinya akan terdiri dari empat tower apartemen dan hotel, dengan jumlah kamar sebanyak 330 unit, serta pusat perbelanjaan seluas kurang lebih 71.000 m2,” terangnya.
Megaproyek tersebut bakal berada di dekat pintu tol Bekasi Barat dari ruas tol Jakarta-Purwakarta. Kemudahan transportasi juga bakal di dapat karena lokasi tersebut akan terkoneksi dengan stasiun LRT Bekasi Barat. Perusahaan properti ini memperkirakan, pembangunan proyek ini bisa rampung dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Nantinya, proyek ini bakal jadi salah satu andalan PWON. Tahun ini, PWON mengerek belanja modal atawa capital expenditure (capex) 2018 menjadi Rp2,96 triliun. Pada tahun sebelumnya, capex mencapai dari Rp 2,3 triliun. Di sisi lain, PWON melihat rencana Bank Indonesia merelaksasi kebijakan loan to value (LTV) belum akan berpengaruh langsung pada industri properti. Dampak LTV akan lebih terasa bagi pembeli dengan uang muka yang diangsur karena ada keringanan di uang muka. Tapi, PWON menilai hal ini memberi sentimen positif. Alasannya, pelonggaran LTV akan membuat harga properti terlihat lebih rendah dan menstimulus konsumen. PWON juga bakal diuntungkan aturan ini, karena PWON banyak memiliki proyek properti
yang menyasar pembeli rumah kedua dan selanjutnya. Pelonggaran LTV akan mendorong permintaan naik.
Di saat banyak pengelola mal mengalami penurunan kinerja akibat perubahan tren belanja di era digital dan berlebihnya pasokan mal, Stefanus memiliki strategi untuk menghadapi hal tersebut, PWON tidak ragu untuk terus menambah pasokan mal baru di masa mendatang meskipun pasar ritel mal saat ini secara umum tidak begitu baik kinerjanya. Hingga 2020 nanti, total area sewa mal perseroan akan menjadi 663.000 m2 dengan penambahan dua mal baru. Stefanus mengatakan, disrupsi akibat penetrasi digital menyebabkan terjadinya perubahan tren belanja dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat, khususnya anak muda, lebih banyak menghabiskan anggaran konsumsinya pada aktivitas leisure dan memilih berbelanja secara daring. Mal semakin ditinggal. Meski begitu, dengan tingginya penetrasi internet dan sosial media, perseroan sangat menitikberatkan faktor digital dalam pemilihan tenant.
Perseroan hanya menerima tenant yang memiliki semangat digital, tercermin dari keseriusan mereka mengelola website, akun Instagram, facebook, dan twitter. Maka dari itu para tenant harus mampu menghadirkan desain interior gerai mereka agar mengundang pengunjung untuk selfie dan menampilkannya di akun sosial media para pengunjung tersebut. Hal tersebut menjadi sarana promosi gratis bagi tenant dan tentu saja mal perseroan.