Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian
Naskah: Purnomo Foto: Istimewa
Sebagai Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS), Mochtar Riza Pahlevi Tabrani tak henti menggenjot kinerja perusahaan, seperti tahun ini ia melakukan perluasan usaha untuk menunjang bisnis utama TINS dan berinovasi membuat Tambang Kecil Terintegrasi (TKT).
Pada 2018, TINS menargetkan produksi timah 35.500 ton bijih timah, naik 500 ton biji timah dibandingkan target tahun 2017 yang hanya 35.000 ton. TINS menganggarkan belanja modal 2018 sebesar Rp2,65 triliun Untuk mencapai target tersebut yang dialokasikan untuk investasi induk perusahaan sebesar Rp2,23 triliun. Dana Rp 2,23 triliun itu dipakai untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar Rp 994 miliar. Lalu rekondisi dan replacement sebesar Rp575 miliar. Ada pula anggaran untuk revitalisasi aset sebesar Rp329 miliar. Kemudian sarana pendukung sebesar Rp222 miliar, dan pengembangan usaha sebesar Rp107 miliar. p422 miliar dialokasikan untuk anak usaha yang terbagi untuk PT Rumah Sakit Bakti Timah sebesar Rp156 miliar dan PT Timah Investasi Mineral sebesar Rp95,8 miliar. Kemudian, PT Dok dan Perkapalan Air Kantung dikucuri Rp88 miliar, suntikan ke PT Timah Industri senilai Rp74 miliar, dan PT Timah Karya Persada Properti senilai Rp7,5 miliar.
Mochtar mengatakan, pihaknya terus berusaha melakukan inovasi teknologi dan proses penambangan, yakni Tambang Kecil Terintegrasi (TKT). Penggunaan TKT bertujuan untuk menjaga lingkungan. TKT ini hanya cocok untuk penambangan jenis timah aluvial dengan bukaan vegetasi yang minimal. Keunggulannya adalah luasan area penambangan minimalis, potensi limbah sedikit, kegiatan land clearing dan stripping overburden sedikit, penggalian bijih maksimal, dan aspek keselamatan bisa dimaksimalkan.
Penerapan TKT juga merupakan upaya TINS memberdayakan masyarakat sekitar. Pasalnya, 1 alat BHM dapat dioperasikan oleh 4 orang warga dengan 1 supervisi dari perusahaan. Saat ini, perusahaan sudah mendistribusikan 40 alat ini ke berbagai wilayah Bangka Belitung. Jumlahnya diharapkan meningkat hingga 160 unit sampai akhir 2018. Perencanaan alat BHM untuk penerapan TKT sudah dilakukan TINS sejak akhir 2012. Pengoperasian awal dilakukan pada Februari 2018, dan pendistribusian ke masyarakat pada Mei 2018. Sepanjang 2017, di bawah nakhoda Mochtar, TINSS berhasil mencetak laba bersih sebesar 99 persen dari tahun lalu menjadi Rp502 miliar. Sepanjang 2017
perseroan telah melakukan pembelanjaan modal (capital expenditure) sebesar Rp779,81 miliar, di mana dana tersebut dialokasikan untuk pembesaran kapasitas pada mesin dan instalasi, sarana pendukung produksi, rekondisi dan “replacement” serta pembangunan teknologi “fuming”.
Selama 2017, terdapat beberapa kejadian penting terkait implementasi strategi perusahaan untuk mencapai visinya menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah lingkungan, antara lain penandatanganan kerjasama eksploitasi timah di Nigeria dengan Topwide Ventures Limited sebagai implementasi strategi ekspansi internasional bisnis timah dan menambah potensi jumlah sumber daya dan cadangan. Lalu penandatanganan kerjasama strategis dengan Yunnan Tin Group sebagai implementasi strategi pengembangan dan pemasaran bisnis hilir timah. Ada juga, penerbitan Obligasi dan Sukuk Ijarah Tahap I sebesar Rp1,5 triliun pada 28 September 2017 sebagai implementasi strategi pembiayaan perusahaan yang efektif dan efisien.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2017, TINS yang merupakan anggota holding BUMN industri pertambangan, menetapkan untuk membagikan deviden Rp175,84 miliar atau 35 persen dari laba tahun 2017 kepada para pemegang saham. Selain itu, TINS menargetkan produksi hingga 2021 sebanyak 2 juta ton timah agar perusahaan tetap menjadi produsen bijih timah nomor dua di dunia.