Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian
Naskah: Subchan Husaen Albari Foto: Istimewa
Setelah lebih dari 20 tahun pengabdiannya di PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius akhirnya mampu menjabat sebagai orang nomor satu di PT Kalbe Farma Tbk. Pencapaian ini juga diiringi dengan kerja keras dan ketekunannya selama mengabdi di Kalbe Farma. Ia kini memiliki peran besar mengendalikan Kalbe Farma untuk masa periode 2017-2020 mendatang.
Mengawali kepemimpinannya sebagai Direktur Utama, Vidjongtinus, langsung memberikan inovasi-inovasi baru terhadap pertumbuhan PT Kalbe Farma Tbk. Salah satunya, memberdayakan sumber daya manusia lebih optimal, dan menjaga kualitas harga pasar, agar produk-produk yang diproduksi tidak kalah saing dengan produk-produk luar negeri. Sebab, perusahan makanan dan obat ini juga aktif mengekspor sebagian produk-produknya ke luar negeri. Tahun 2018 ini, PT Kalbe Farma Tbk. akan menggenjot pendapatan ekspor agar sejalan dengan sejumlah rencana ekspansi perusahaan ke pasar internasional. Wilayah Asean menjadi salah satu pasar paling potensial bagi perseroan. Bahkan pihaknya tengah menggali peluang peningkatan penjualan di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Myanmar.
Berdasarkan laporan keuangan 2017 Kalbe Farma mengantongi pendapatan Rp20,18 triliun. Pencapaian tersebut tumbuh tipis 4,18% dibandingkan dengan 2016 senilai Rp19,37 triliun. Beban pokok penjualan emiten berkode saham KLBF itu naik dari Rp9,88 triliun pada 2016 menjadi Rp10,36 triliun pada 2017. Perseroan mengantongi laba kotor Rp9,81 triliun per 31 Desember 2017. Seluruh divisi KLBF mencatatkan kenaikan penjualan, dengan performa terbesar dicatatkan divisi nutrisi yang memperoleh pendapatan sebesar Rp6,1 triliun. Sementara, pendapatan divisi kesehatan konsumer meski naik, namun kenaikan sangat kecil, hanya 0,4% menjadi Rp3,42 triliun dari sebelumnya Rp3,4 triliun. Diakui penyebab melambatnya pertumbuhan tahun lalu akibat melemahnya daya beli konsumen. Akibatnya, pencapaian pada 2017 berada di bawah ekspektasi perseroan. Karenanya untuk tahun ini, perseroan telah melakukan sejumlah inisiatif untuk menciptakan permintaan secara nasional dan regional Asean.
Pada kuartal I/2018. Kalbe Farma membukukan pendapatan Rp5,01 triliun. Pencapaian tersebut hanya tumbuh 2,38% secara tahunan Rp4,89 triliun. Meski begitu, KLBF itu naik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan. Tercatat, beban pokok penjualan naik 3,98% secara tahunan menjadi Rp2,58 triliun miliar pada kuartal I/2018. Dari situ, KLBF meraup laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp589,43 miliar. Jumlah itu hanya naik 0,20% dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp588,25 miliar. Di sisi lain, perseroan tercatat memiliki ekuitas Rp14,50 triliun per kuartal I/2018. Sementara itu, posisi liabilitas berada di level Rp2,79 triliun pada periode tersebut. Selanjutnya, total aset KLBF tumbuh 4,16% secara tahunan dari 16,61 triliun pada kuartal I/2017 menjadi Rp17,30 triliun pada kuartal I/2018.
Kalbe Farma. membidik pertumbuhan kinerja keuangan pada kuartal II/2018 sejalan dengan meningkatnya konsumsi terhadap produk kesehatan. Pelemahan rupiah disebut telah mengakibatkan biaya produksi perseroan naik. Pasalnya, Kalbe Farma masih mengandalkan bahan baku dari impor. Namun Vidjongtius optimis penjualan bakal terkerek pada kuartal II/2018. Tantangannya, ia harus benar-benar tepat dalam mengambil keputusan untuk membawa Kalbe Farma ke arah yang lebih baik. Dengan peningkatan performa kinerja, maka produk-produk yang diciptakan akan lebih diminati oleh konsumen, dan laba yang didapat akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.