Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Reza Indrayana, Foto: Dok.MO

Gebrakan-gebrakannya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan miskin dan perang dengan para pencuri ikan patut diajukan jembol. Bayangkan, tiap tahun kekayaan laut kita senilai Rp 300 triliun lebih dirampok negara lain. Pantas jika ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh berpengaruh di negeri ini.

Gaya kepemimpinan Susi terbilang nekad dan berani.  Soal pencurian ikan, misalnya, dia lantang  berteriak, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di perairan Indonesia telah menyebabkan negara merugi Rp 3.000 triliun.


Susi menjelaskan, jumlah kapal asing yang beroperasi di perairan Indonesia dan memiliki izin sebanyak 1.000 lebih, sementara yang ilegal jumlahnya lima kali lipat. Akibat pencurian ikan, setiap tahunnya negara dirugikan hingga Rp300 triliun. Uang sebesar itu, bisa buat membayar utang luar negeri kita.


Susi mengungkapkan, para cukong pelaku illegal fishing mencoba menyuap Susi dengan uang sebesar Rp5 triliun agar mundur dari kursinya. Hal itu diungkapkan Susi melalui akun twitternya beberapa waktu lalu. “Saya dapat kabar 5T untuk saya walk away. Nilai yg sangat banyak. Saya bangga tarif untuk seorang lulusan SMP begitu mahal,” kicau Susi di akun twitter-nya.


Tentu saja tawaran tersebut langsung dia tolak. Malah, dalam momentum peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-70, dia berencana menenggelamkan 70 kapal ikan asing pencuri ikan di perairan Nusantara.


Kapal yang akan ditenggelamkan tersebut merupakan hasil tangkapan TNI AL, Polair, dan Direktorat Jendral Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), yang dikoordinasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sejauh ini ada 92 kasus tindak pidana kelautan dan perikanan yang ditangani PSDKP KKP. Kasus tersebut terdiri dari 77 kapal yang ditangani KKP, ditambah pelimpahan dari berbagai instansi, seperti Polair, Bea Cukai, dan TNI AL.
Dari 92 kapal tersebut, 36 kapal di antaranya sudah menjalani proses hukum. Sebanyak 13 kapal sudah disita untuk dimusnahkan. Selebihnya masih menunggu kasasi, banding, dan P21 dari Kejaksaan RI.


Di bawah kepemimpinan Susi, produksi ikan yang hanya 14,5 juta ton pada 2014, tahun ini diyakini mampu meningkat menjadi 17,9 juta ton atau naik 23%. Bahkan diproyeksikan, tahun 2019 Indonesia bisa memproduksi 31,3 juta ton. 

Seiring dengan itu, pemerintah perlu juga menggalakkan kampanye pentingnya meningkatkan konsumsi ikan. Sesuai data, angka konsumsi ikan Indonesia masih rendah, baru 30,47 kg/kapita/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang negara kecil itu, tingkat konsumsi ikannya mencapai 55,4 kg/kapita tahun, dan Singapura 37,9 kg/perkapita/tahun. Kenapa bisa begitu? Karena, rakyat Indonesia banyak yang kurang memahami manfaat gizi dan protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan. Selain itu, suplai ikan ke berbagai kawasan Indonesia juga masih rendah. Tak kalah penting, Indonesia masih sangat kekurangan teknologi pengolahan ikan sebagai bentuk penganekaragaman produksi untuk memenuhi selera konsumen.


Tantangan berat Susi lainnya adalah soal komposisi masyarakat perikanan. Dari 13 juta orang yang digolongkan sebagai di sektor kelautan dan perikanan, tercatat sebanyak 51 persen masih beraktivitas di produksi, 38 persen di pemasaran, dan hanya 11 persen di sektor pengolahan. Penguatan sumber daya manusia bagi nelayan dan masyarakat perikanan diharapkan dapat mengubah komposisi tersebut untuk menjadi lebih berpihak pada kegiatan pascaproduksi.


Sekadar informasi, jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan 2,17 juta, atau hanya 0,87 persen tenaga kerja. Ada sekitar 700.000 lebih nelayan yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga. Sebagian besar tinggal tersebar di 3.216 desa yang terkategori sebagai desa nelayan. Pul