Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Sahrudi, Foto: Dok.MO
Kalau saja ia tak punya jaringan dan pengaruh besar di kalangan buruh Indonesia, mungkin sulit bagi Said Iqbal memobilisasi ribuan buruh untuk berunjukrasa di Jakarta nyaris tanpa kerusuhan yang berarti. Ia mendapat penghargaan sebagai pemimpin serikat pekerja terbaik di dunia.
Jika menyaksikan aksi ribuan buruh di Jakarta dan di kota-kota lain yang menuntut hak mereka mulai dari penolakan upah murah, penerapan jaminan pensiun untuk buruh, hingga penolakan sistem kerja outsourcing, bisa dipastikan disitu ada peran Said Iqbal disamping pimpinan buruh lainnya. Seperti dalam aksi buruh di hari May Day beberapa waktu lalu, selain di DKI Jakarta, aksi besar buruh juga digelar di 30 provinsi dan 250 kota/kabupaten. Aksi berskala besar digelar di Surabaya, Jawa Timur dan Batam, Kepulauan Riau.
Sebagai pejuang buruh yang taat hukum, Iqbal selalu meyakinkan bahwa aksi buruh tersebut sudah diberitahukan kepada Kepolisian dan tak ada pelarangan aksi May Day selama bisa menjaga ketertiban dan keamanan. Pengaruh Iqbal tak hanya di dalam negeri. Namanya juga cukup dikenal di kalangan buruh internasional. Hal itu terbukti ia mampu menghadirkan Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Buruh Internasional Sharan Burrow akan menghadiri perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day di Jakarta beberapa waktu lalu. Sharan sendiri adalah pimpinan tertinggi serikat buruh dunia saat ini.
Karena kegigihannya berjuang bersama buruh, ia pun diganjar penghargaan “The Febe Elisabeth Velasquez Award” dari Presiden FNV Mondiaal Mr Ton Heerts adalah salah satu bukti kapasitas Iqbal sebagai pemimpin buruh yang cukup mumpuni. Penghargaan yang diberikan tiap dua tahun sekali oleh serikat pekerja Belanda, ini adalah apresiasi bagi para pemimpin buruh dan aktivis buruh di berbagai negara yang berjuang demi tegaknya hak-hak buruh di negara mereka. Hebatnya, Said Iqbal terpilih dari 200 kandidat pemimpin serikat pekerja seluruh dunia.
Satu hal yang diakui dunia atas aktivitas perburuhan yang dilakukan Iqbal adalah karena sebagai Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), ia bisa membangun kesadaran kelas buruh Indonesia untuk berjuang secara militan mengawal demokrasi di Indonesia.
Kiprah Iqbal juga mendapatkan perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada 27 april 2015 ia dan beberapa pimpinan buruh diundang makan siang oleh Presiden Jokowi di Istana Negara. Dalam pertemuan itu, Said Iqbal menyampaikan tuntutan buruh terkait berbagai hal antara lain implementasi jaminan pensiun, serta menuntut kenaikan upah sebesar 32% dan lainnya.
Jika kilas balik ke belakang, Iqbal Said sejatinya sudah sejak tahun 2008 sudah konsisten memperjuangkan tiga tuntutan utama buruh yaitu jaminan sosial, upah layak dan penghapusan outsourcing ilegal yang melanggar aturan ketenagakerjaan. Sebagai pemimpin aksi buruh, Iqbal memiliki konsep dan strategi yang jitu untuk memperjuangkan hak-hak buruh. Tidak serampangan dan asal demo di jalan saja. Sebelum melakukan tuntutan, ia melakukan sejumlah langkah misalnya melakukan lobi dan membuat konsep untuk jaminan sosial, upah layak dan mengajukan pada parlemen dan kementerian terkait. Sementara untuk membangun kesadaran perjuangan dan mensosialisasikan tuntutan perjuangan, ia menggelar rapat umum secara rutin tiap tiga bulan. Bila kedua langkah tersebut tak mendapatkan hasil maka pilihan terakhir adalah mobilisasi massa anggota melalui aksi damai agar suara buruh bisa didengar oleh pemerintah dan parlemen. Dan dalam setiap aksinya, ia tak lupa meminta izin kepada aparat kepolisian sehingga meski aksinya mengundang massa yang luar biasa, dengan komandonya bisa berlangsung tertib.