Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Reza Indrayana, Foto: Dok.MO

Mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo, tongkat komando Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI sangat berpengaruh mengendalikan lebih dari 400.000 anggota TNI dalam menjaga NKRI dari ancaman dan gangguan.

Gatot Nurmantyo buka kartu soal nama ‘Gatot” yang ada hubungannya dengan pahlawan perang kemerdekaan Jenderal Gatot Subroto, yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu jalan protokol di Jakarta dan juga nama RSPAD. Ayahnya, 55 tahun yang lalu, berharap anak laki-lakinya yang lahir di Tegal, Jawa Tengah ini bisa meniru jejak kepahlawanan Gatot Subroto.


“Pada saat Bapak saya berumur 16, Gatot Subroto adalah seorang pejuang. Bapak saya bercita-cita anak lelaki pertamanya diberi nama Gatot,” ujar Gatot Nurmantyo.


Kini, apa yang diimpikan ayahanda Gatot Nurmantyo bakal terwujud. Karier militer putranya membuat Gatot naik ke pucuk pimpinan TNI, dari sebelumnya menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat menjadi Panglima TNI.


Kiprahnya sebagai orang nomor satu di korps TNI membuat lulusan Akmil 1982 ini begitu dilantik Presiden RI, Jokowi, berjanji akan mendukung dan menjalankan program-program Pemerintah membangun negara maritim. Juga menjalankan program, membentuk poros maritim  internasional, dengan menguatkan TNI AL dan AU. “Karena dengan demikian maka seluruh wilayah nusantara ini harus bisa terpantau, bisa diamankan dan apabila terjadi hal-hal yang emergency cepat kita bereaksi,” jelasnya.


Gatot mengatakan, ke depan TNI akan menambah kapal selam dan sejumlah pesawat. Tak hanya itu, peralatan radar juga akan disiapkan untuk memantau keamanan semuanya. Selain itu, sebagai Panglima TNI baru Gatot berjanji akan melakukan diplomasi militer dengan negara-negara ASEAN. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di kancah Internasional.


Panglima Kostrad (2013-2014) ini, waktu mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di Gedung Parlemen ini bertekad untuk terus meningkatkan target kekuatan minimum pokok TNI dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan, dengan mengutamakan buatan dalam negeri. Jika terpaksa membeli alutsista di luar negeri, harus memenuhi tiga syarat: transfer of technology, transfer of knowledge, dan joint product.


Sebelumnya, anggota Komisi Pertahanan DPR Mayjen Purnawirawan Tubagus Hasanudin meminta Panglima TNI terpilih untuk meningkatkan kekuatan pokok minimum (minimum essentials force).


Menurut dia, modernisasi persenjataan merupakan salah satu upaya untuk mencapai kekuatan pokok minimum TNI sebesar 68 persen pada 2019. Syaratnya harus ada target jumlah pesawat  dan persenjataan lain, serta peningkatan kesejahteraan prajurit. TNI menargetkan kekuatan ini mencapai 100 persen. Pemerintah tahun ini menganggarkan TNI sebesar Rp102 triliun. Namun yang digunakan untuk alutsista hanya Rp30 triliun, lantaran bagian terbesarnya habis untuk untuk membayar gaji dan sebagainya.


Rencana strategis  (Renstra) TNI Tahap II senilai Rp 200 triliun untuk lima tahun. Menurut dia, target capaian Renstra Tahap II sebesar 38 persen bisa tercapai apabila ada dukungan penuh anggaran dari pemerintah.


Untuk kesejahteraan prajurit dan keluarganya, pemerintah tahun ini menaikkan gaji PNS sebesar 6% dari jumlah gaji pokok yang diterima oleh para pegawai negeri sipil, anggota Polri dan anggota TNI.


Hal yang sama berlaku untuk uang pensiunan PNS serta anggota TNI/Polri yang naik 4%. Kemudian uang makan PNS dan uang lauk pauk anggota TNI/Polri naik Rp 5.000 per hari menjadi masing-masing Rp 30.000 per hari dan Rp 50.000 per hari. Pul