Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Sahrudi Foto: Dok.MO

Memulihkan semangat rakyat Sumatera Barat (Sumbar) pasca gempa hebat pada 30 September 2009 bukan hal yang mudah. Namun Irwan Prayitno yang saat itu menjabat Gubernur mampu membangkitkan optimisme rakyatnya. Ia menjadi motivator bagi rakyatnya. Dan, kini, perubahan besar Sumatera Barat mulai jelas terlihat.

Sisa gempa hebat yang membuat Sumbar sempat terpuruk merupakan tantangan berat bagi kepemimpinan  Irwan Prayitno kala itu. Betapa tidak saat itu pertumbuhan ekonomi terpuruk hingga 4 persen. Infrastruktur dasar rusak, fasilitas publik, dan rumah masyarakat luluh lantak. Sampai-sampai Irwan Praytino yang ketika itu baru terpilih sebagai Gubernur  harus dilantik di garasi DPRD Sumbar. Saat itu, ia memilih untuk mementingkan segala hal untuk rakyatnya. Ketika bantuan untuk gempa Sumbar mencapai hingga Rp 2,4 triliun, Irwan memprioritaskan bantuan tersebut untuk membangun infrastruktur dan rumah rakyat.  “Kalau saya mau, bisa saja yang dibangun duluan itu kantor gubernur. Tapi, bagi saya, pembangunan rumah masyarakat dan infrastruktur publik jauh lebih urgent dibandingkan membangun kantor pemerintahan,” ujar Irwan Prayitno yang sempat berkantor di rumah dinas.


Kerja kerasnya bersama masyarakat Sumbar membuahkan hasil. Pertumbuhan ekonomi berada di atas nasional meski sangat fluktuatif. Untuk tahun 2014, pembangunan ekonomi Sumbar berada di urutan ketiga dari 10 provinsi di Pulau Sumatera. Walhasil, sejak tahun 2010 sampai 2014, Irwan menegaskan persentase kemiskinan Sumbar terus melandai. Jika di awal kepemimpinannya tingkat kemiskinan mencapai 9,50 persen, pada 2014 tinggal 6,89 persen.

Sementara untuk menekan angka pengangguran, ia berhasil mengajak masyarakat berusaha melalui pola pemberdayaan. Untuk itulah ia menggulirkan gerakan peningkatan pendapatan, pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Di antaranya, Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP), Gerakan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GPEMP), Gerakan Pensejahteraan UMKM (GPUMKM), dan Gerakan Pemberdayaan Fakir Miskin (GPFakin).


Pembangunan infrastruktur baik yang baru maupun peninggalan dari gubernur sebelumnya terus dikebut. “Tahun 2015 ini, barulah kita punya uang untuk membangun. Kalau tahun sebelumnya, uang kita gunakan untuk menyelesaikan pembangunan proyek infrastruktur yang terbengkalai. Pembangunan infrastruktur yang kita bangun itu sudah mengacu pada  Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005-2025,” ucapnya.


Dukungan warga Sumbar dan kegigihannya bekerja menjadikan Sumbar tak hanya maju dalam pembangunan proyek infrastruktur. Namun, juga maju dalam pembangunan manusia. Itu tampak dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun 2010, IPM Sumbar 73,78, 2011 sebesar 74,28, 2012 sebesar 74,70, 2013 sebesar 75,01 dan 2014  sebesar 75,01. Indikatornya dapat dilihat dengan banyaknya pelajar Sumbar yang diterima perguruan tinggi.


Hal itu diperkuat  data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar yang mencatat indeks tendensi konsumen di daerah itu pada triwulan II 2015 mengalami kenaikan dan berada pada angka 101,07. Artinya kondisi ekonomi konsumen di Sumatera Barat meningkat dan lebih optimistis dari triwulan sebelumnya. Indeks tendensi konsumen adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan BPS melalui survei tendensi konsumen yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan III-2015 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang dan rencana pembelian barang tahan lama. Rud