Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Andi Nursaiful Foto: Dok. MO

Ia memimpin bank raksasa pelat merah dengan aset terbesar secara nasional, Rp914,1triliun!  Bisa dibayangkan besarnya peran dan pengaruh seorang Budi Gunadi Sadikin yang kini dipercaya menjabat Direktur Utama Bank Mandiri.

Bukan saja dari sisi aset terbesar, bank hasil penggabungan Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia, ini, juga tercatat sebagai bank di Indonesia dalam hal pinjaman dan deposit, serta bank retail dengan jumlah nasabah terbesar di Tanah Air, yaitu sekitar 14 juta nasabah.


Tahun ini Budi menargetkan 500 ribu nasabah baru melalui program Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). “Laku Pandai ini menjadi tongkat sejarah Bank Mandiri, karena kami hanya memiliki 14 juta nasabah saat ini. Ini adalah kesempatan kami memperoleh 50 juta hingga 100 juta nasabah dalam waktu singkat,” Budi optimis.


Melalui program Laku Pandai, Budi juga menargetkan jumlah nasabah yang bisa menjadi agen Laku Pandai hingga akhir tahun ini mencapai 9.000 agen dan 50.000 agen pada 2018. Baginya, program ini baru bisa mencapai seluruh masyarakat Indonesia jika Bank Mandiri minimal memiliki 300 ribu agen.


Lewat program ini, akses layanan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan lebih merata. Sebab, rendahnya akses terhadap layanan keuangan berimbas pada kontribusi sektor finansial pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga rendah. Oleh sebab itu, peran besar Budi untuk membawa Bank Mandiri mencapai target-target itu jelas merupakan sebuah pengaruh yang sangat besar bagi negeri ini.


Kepiawaian Budi tak perlu diragukan. Bankir berpengalaman ini sejatinya sudah berperan besar ikut membesarkan Bank Mandiri. Setidaknya sejak ia bergabung pada 2006, hingga menjabat Direktur Retail & Micro Banking, dan akhirnya duduk di kursi nomor satu.


Baru tiga bulan menjabat sebagai direktur utama, Budi sudah menunjukkan kepiawaiannya. Meski berada di bawah tekanan pelemahan ekonomi global yang ketat, ia tetap mampu membawa Bank Mandiri mencapai kinerja positif.


Hingga Semester I-2015, Bank Mandiri berhasil menjaga momentum pertumbuhan sehingga total aset perseroan dapat mencapai Rp914,1 triliun. Peningkatan aset itu didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 13,8% pada triwulan kedua 2015 menjadi Rp552,8 triliun dari Rp485,8 triliun pada periode yang sama tahun 2014.


Menurut Budi, komitmen Bank Mandiri dalam mengoptimalkan fungsi intermediasi juga mendorong kinerja perseroan menjadi semakin solid. Hingga akhir Juni 2015, Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp9,9 triliun.


Dalam penyaluran kredit, pada triwulan kedua tahun 2015, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp106,5 triliun ke sektor industri pengolahan, atau naik 15,8%. Kredit infrastruktur, khususnya sektor konstruksi mencapai Rp20,8 (tumbuh 18%), sementara sektor perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp92,3 triliun (tumbuh 10,3%). Penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut bertujuan menggerakan laju pertumbuhan ekonomi agar bergerak ke arah yang jauh lebih baik.


Untuk lebih memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, Bank Mandiri juga memberikan perhatian yang tinggi terhadap sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Penyaluran kredit ke sektor ini pun naik menjadi Rp74,4 triliun dari Rp65,9 triliun.


Peningkatan didorong oleh pertumbuhan kredit usaha mikro (25,8%) dan usaha menengah (19,7%). Peningkatan kredit ke sektor UMKM selaras dengan peningkatan jumlah rekening kredit UMKM, dari 692,6 ribu rekening menjadi 795,4 ribu rekening.