Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Giattri, Foto: Istimewa

Jika Anthony Salim atau Liem Hong Sien menjadi penerus kerajaan bisnis sang ayah, Liem Sioe Liong, semata bukan karena faktor keluarga. Tapi karena ia juga figur berpengaruh di lingkaran kekuasaan bisnis sang taipan itu.

Keberhasilan Anthony Salim meneruskan bisnis keluarga dibuktikan dengan masuknya sang pengusaha dalam daftar 10 tokoh bisnis paling berpengaruh di tahun 2005 oleh Warta Ekonomi. Predikat itu disematkan karena tangan dinginnya berhasil membawa Group Salim selamat dari kegagalan akibat krisis ekonomi tahun 1998.


Sebelum krisis moneter dan ekonomi 1998, Group Salim terbilang konglomerasi terbesar di Indonesia dengan aset mencapai US$ 10 milyar (sekitar Rp 100 trilyun). Majalah Forbes bahkan pernah menobatkan Liem Sioe Liong, pendiri Grup Salim, sebagai salah satu orang terkaya di dunia.


Bank Central Asia (BCA), miliknya di-rush pada saat krisis multidimensional 1998 itu. Untuk mengatasinya, terpaksa menggunakan BLBI dan akibatnya berutang Rp 52 trilyun. Anthony yang sudah dipercayakan memegang kendali perusahaan menggantikan ayahandanya Sudono Salim (Liem Sioe Liong) ini pun bertanggung jawab.


Dia melunasi seluruh utangnya, walaupun harus terpaksa melepas beberapa perusahaan. Di antara perusahaan yang dilepas adalah PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA Tbk, dan PT Indomobil Sukses Internasional.


Namun, ia tetap mempertahankan beberapa perusahaan, di antaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Bogasari Flour Mills, yang merupakan produsen mi instan dan terigu terbesar di dunia. Selain itu juga berkibar beberapa perusahaan di luar negeri, di antaranya di Hong Kong, Thailand, Filipina, Cina dan India.


Majalah Globe Asia menobatkan Anthony Salim, bos Grup Indofood sebagai taipan terkaya ketiga Indonesia. Dia berada di bawah posisi Budi Hartono (Grup Djarum) dan Eka Tjipta Widjaja (Grup Sinar Mas). Menurut perhitungan majalah itu – yang didasarkan pada nilai kepemilikan saham baik yang listed atau non listed – Anthoni memiliki harta US$ 3 miliar atau sekitar Rp 27 triliun.


Kini Indofood terus tumbuh dan berkembang sebagai raja industri makanan di Indonesia. Bahkan, bisnis Indofood kian terintegrasi dan bergerak dari hulu hingga hilir. Perusahaan ini bergerak di sektor agribisnis, industri tepung terigu, produk makanan hingga menguasai jalur distribusi.


Sejumlah produk konsumen bermerek made in Indofood sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Indonesia, seperti mie instan (Indomie, Supermi dan Sarimi), susu Indomilk, tepung terigu Bogasari (Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar), minyak goreng (Bimoli) hingga mentega (Simas Palmia).


Putra Liem Sioe Liong ini tak mau kerajaan bisnisnya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk., berhenti. Di bawah komando Anthony, pada 2014 Indofood meraup laba bersih sebesar Rp 3,88 triliun, melonjak 55,2% dari laba tahun sebelumnya Rp 2,5 triliun. Naiknya laba ini sejalan dengan omzet yang meningkat.


Produsen Indomie itu meraup pendapatan Rp 63,5 triliun di 2014, meningkat 14% dari posisi tahun sebelumny Rp 55,6 triliun.


Anthony melihat bahwa perusahaan yang dipimpinnya adalah kapal yang besar dengan 50.000 karyawan. Harus ada komunikasi yang baik agar kinerja perusahaan dapat terfokus tajam dalam melihat pasar. Kata Anthony, sebenarnya aktivitas bisnis yang dilakukan selama ini banyak, hanya saja tidak terlihat. “Indonesia masih menjanjikan imbal hasil yang tinggi dalam bisnis,” ungkapnya. Rud