Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok.MO
Dipercaya menjadi Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia, membuat Arief Harsono ikut memiliki pengaruh yang besar. Arief gencar mengampayekan kerukunan antar umat beragama.
Arief menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Walubi pada tahun 2013, menggantikan Hartati Murdaya yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena menjadi tersangka kasus korupsi. Sebelumnya Arief menduduki jabatan Wakil Ketua Walubi. Penunjukan Arief sebagai orang nomor satu di Walubi sudah menjadi kesepakatan bersama pimpinan di Walubi. Salah satu masalah besar yang menyita perhatian Arief Harsono adalah tindakan kekerasan pemerintah Myanmar dan umat Buddha negara tersebut terhadap umat muslim minoritas Rohingya. Banyak umat muslim Rohingya yang dibunuh, disiksa, dan mengalami luka berat.
Di Myanmar, umat muslim Rohingya hidup dalam ketakutan. Karena keselamatan jiwanya terancam, banyak umat muslim Rohingya melakukan eksodus besar-besaran ke beberapa negara, termasuk ke Indonesia, Mei 2015, untuk mencari perlindungan. Para pengungsi Rohingya ditampung di Aceh dan Sumatera Utara.
Aksi brutal pemerintah dan umat Buddha Myanmar tersebut membuat umat Islam di Indonesia marah dan melakukan unjuk rasa memprotes Myanmar. Demonstrasi itu dilakukan di berbagai daerah. Tak hanya berdemonstrasi, umat Islam juga menggalang dana untuk membantu pengungsi Rohingya.
Selain itu kasus Rohingya juga menimbulkan ketegangan umat Islam dan umat Buddha di Indonesia. Umat Buddha meminta pemerintah memberikan perlindungan kepada umat Buddha di Indonesia.
Kasus Rohingya membuat Arief Harsono harus bekerja ekstra keras dengan melobi berbagai pihak untuk mendinginkan suasana. Dia menghimbau agar masyarakat Indonesia dari berbagai agama tidak terprovokasi dengan isu diskriminasi agama dan etnis.
“Kami tidak ingin (diskriminasi) yang terjadi di Myanmar menyebabkan hubungan Islam dan Buddha renggang, karena sesungguhnya Buddha di Myanmar sangat berbeda dengan di Indonesia,” kata Arief saat jumpa pers dan pernyataan sikap bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Rabu (20/5/2015). Arief menilai, permasalahan warga Rohingya di Myanmar sesungguhnya bukan berakar dari perbedaan agama, tetapi dari minoritas etnis tersebut yang berakumulasi pada masalah sosial dan kriminal. Untuk itulah, Walubi dan MUI akan bersinergi membantu sebanyak 600 pengungsi Rohingya yang kini terdampar di Aceh dan Sumatera Utara.
Sementara itu Ketua Bidang Kerukunan Antarumat Beragama MUI, Slamet Effendi Yusuf, mengatakan, MUI dan Walubi bertekad membantu para pengungsi dengan menyerahkan bantuan logistik agar bisa digunakan langsung di Aceh dan Sumatera Utara.
Selain itu, MUI dan Walubi juga meminta agar pemerintah Indonesia berdiplomasi dengan negara-negara di kawasan ASEAN, terutama Malaysia dan Thailand, untuk menyelesaikan masalah pengungsi muslim Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh tersebut. Menurut Slamet, Myanmar dapat mengambil langkah fundamental terkait status kewarganegaraan etnis Rohingya yang tidak diakui di negara tersebut.
“Myanmar bisa mengadopsi prinsip-prinsip dasar kewarganegaraan yang tidak rasialis dan diskriminatif sehingga tidak terjadi eksodus besar-besaran dan mengalirnya manusia perahu terus-menerus,” kata Slamet.
Walubi adalah wadah kebersamaan organisasi umat Buddha Indonesia yang terdiri dari Majelis-Majelis Agama Buddha, Lembaga Keagamaan Buddha, Dewan Sangha, Badan Kehormatan dan Wadah Kemasyarakatan yang bernapaskan Agama Buddha. Organisasi keagamaan ini didirikan di Jakarta berdasarkan konsensus nasional umat Buddha Indonesia pada tanggal 20 Agustus 1998. Walubi berkedudukan di Indonesia dengan Dewan Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta. Pul