Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. MO
Pengaruh Prabowo Subianto dalam dunia perpolitikan di Indonesia tak diragukan lagi. Meski kalah dalam 2014, Prabowo adalah pemimpin Koalisi Merah Putih (KMP) yang menguasai parlemen dan bersikap kritis terhadap pemerintah. KMP berperanan besar menyetujui atau menolak berbagai kebijakan pemerintah.
Ambisi Prabowo untuk menjadi Presiden RI dalam Pilpres 2014 kandas. Prabowo yang menggandeng Hatta Rajasa sebagai cawapres kalah melawan duet Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK). Sebelumnya pada Pilpres 2009 Prabowo selaku cawapres yang mendampingi Megawati Soekarnoputri takluk berhadapan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Boediono.
Meski gagal menjadi RI-1, mantan Pangkostrad ini berjiwa besar. Prabowo tetap menjalin komunikasi dengan Presiden Jokowi. Dan bahkan dalam beberapa kali pertemuan mereka bercanda, seakan-akan melupakan mereka pernah bersaing dalam perebutan kursi RI-1. Selain itu Prabowo mengajak masyarakat mendukung pemerintahan Jokowi. Sikap Prabowo itu patut diacungi jempol, karena tidak semua orang yang kalah dalam kompetisi apapun bisa bersikap seperti itu.
Jauh sebelum berlaga di Pilpres 2009 dan 2014 Prabowo pernah mengikuti konvensi capres Partai Golkar pada 2013. Prabowo tersisih dalam konvensi capres tersebut. Saat itu pemenangnya adalah Wiranto. Dan Golkar pun secara resmi mengusung Wiranto yang berpasangan dengan Shalahuddin Wahid sebagai capres dan cawapres dalam Pilpres 2004.
Tanggal 6 Februari 2008 jenderal bintang tiga purnawirawan ini mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya yang disingkat Gerindra. Pada Pemilu 2009 Gerindra menempati peringkat enam besar dengan memperoleh 4,46% suara atau 26 kursi di DPR. Selanjutnya pada Pemilu 2014 perolehan suara Gerindra melejit menjadi 11,81% atau 71 kursi di DPR dan menduduki posisi tiga besar.
Semula Prabowo menginginkan Gerindra berkoalisi dengan PDI-P untuk mengusungnya sebagai capres dalam Pilpres 2014, sementara cawapresnya berasal dari kader PDI-P. Namun, PDI-P memberikan tiket capres kepada kader PDI-P yang juga Gubernur DKI Jakarta Jokowi.
Saat itu popularitas Jokowi melejit, dan berbagai lembaga survei memprediksikan Jokowi berpeluang besar memenangkan Pilpres 2014. Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) diusung oleh PDI-P, Partai NasDem, PKB, Partai Hanura, dan PKB yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Setelah ditolak PDI-P, Prabowo menggandeng Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Semula Prabowo – Hatta didukung Gerindra, PAN, PKS, dan PPP. Menjelang berakhirnya pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Golkar ikut mendukung mereka. Partai-partai pendukung Prabowo – Hatta terhimpun dalam KMP.
Dalam Pilpres 2014 hanya terdapat dua pasangan capres dan cawapres. Prediksi sejumlah lembaga survei menjadi kenyataan, di mana sebagian besar rakyat Indonesia memilih Jokowi – JK. Prabowo dengan jiwa besar mengakui kemenangan rivalnya itu, dan meminta para pendukungnya untuk tidak menggulingkan pemerintahan Jokowi.
Pada awalnya Prabowo duduk sebagai Ketua Dewan Pembina Gerindra. Pada 20 September 2014 mantan menantu Presiden kedua RI Soeharto itu ditetapkan sebagai Ketua Umum Gerindra sebulan setelah meninggalnya Ketua Umum Gerindra Suhardi.
Dalam usianya yang ke-64 tahun mantan Danjen Kopassus ini masih tampil energik. Prabowo aktif melakukan konsolidasi dengan kader-kader Gerindra di berbagai daerah. Pul