Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Suci Yulianita, Foto: Dok.MO

Tampilnya Bobby Gafur Umar sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2012-2015 adalah sebuah kepercayaan sekaligus apresiasi yang tinggi dari para insinyur Indonesia kepadanya. Kini, ia memiliki peran penting dalam mengambil langkah  dan kebijakan PII dalam memberikan sumbangsihnya pada negara ini.    

Sejak menjabat Wakil Ketua Umum PII periode 2009 – 2012, bersama Said Didu sebagai Ketua Umum, Bobby dengan serius menyusun program kerja dan organisasi baru yang profesional, efektif dan efisien. CEO PT Bakrie & Brothers Tbk, ini pun berhasil mengangkat eksistensi insinyur Indonesia, khususnya pada bidang pengembangan industri strategis nasional dan penyediaan infrastruktur skala besar. 


PII bahkan menjadi mitra aktif bagi Pemerintah dalam beberapa hal, antara lain, menyusun strategi dan upaya-upaya terobosan dalam rangka mempercepat pengembangan industri strategis, serta menyusun langkah-langkah konkrit dan berkesinambungan dalam mempercepat penyediaan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia. Kedua hal tersebut menjadi prioritas utama pemerintahan Jokowi, dan PII menjadi partner bagi jajaran kabinet kerja dalam menyusun program-program di tingkat kementerian koordinator dan kementerian teknis.  Ya, eksistensi PII di Indonesia memang tak diragukan. Bahkan pada 17 Februari 2015 lalu, Bobby menyampaikan ‘Rekomendasi Insinyur Indonesia” kepada pemerintah pusat, melalui rapat kabinet terbatas yang dihadiri oleh 3 Menteri Koordinator: Perekonomian, Kemaritiman, dan PMK; serta beberapa Menteri bidang terkait.


PII juga secara intens bekerjasama dengan pihak universitas dan badan litbang, untuk pengembangan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya manusia di bidang keteknikan dan teknologi; demi pengembangan dan penguasaan IPTEK yang tepat guna bagi masyarakat luas. Selain itu, Bobby yang dikenal dekat dengan media ini, juga bermitra dengan berbagai unsur media massa di Indonesia dalam hal diseminasi informasi di bidang keinsinyuran di Indonesia; sehingga masyarakat luas mendapatkan informasi yang terbaru dan akurat tentang keteknikan dan pengembangan/penguasaan teknologi oleh para Insinyur Indonesia.


Salah satu puncak keberhasilannya selama memimpin PII adalah dengan disahkannya Undang-Undang Keinsinyuran no 10 tahun 2014, yang resmi menjadi UU setelah tertunda selama lebih dari 15 tahun yang artinya sudah 5 kepengurusan PII sebelum ini, RUU tidak kunjung rampung dan disahkan oleh DPR-RI. Dengan disahkannya UU Keinsinyuran, saat ini profesi insinyur dapat memiliki dasar hukum, referensi aturan, serta tata cara praktik keinsinyuran di Indonesia. UU ini juga menyatakan dengan jelas tentang peran PII sebagai ‘wadah utama praktik keinsinyuran di Indonesia’. UU ini juga penting untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana aturan-aturan untuk pemanfaatan sumberdaya keinsinyuran antar negara dinyatakan dan siap diterapkan.


Yang juga membanggakan bagi Bobby dan seluruh insinyur di Indonesia, terutama yang tergabung dalam PII, adalah, aturan baru yang sedang digodok pemerintah yang memungkinkan para insinyur muda menerima insentif tunai sebesar Rp.100 juta untuk satu tahun.


Dikatakan Bobby, kebijakan pemerintah tersebut menjadi terobosan jitu untuk menarik para lulusan insinyur agar mau bekerja dan meniti karier di bidang teknik. Apalagi saat ini memang hanya 45% insinyur atau sarjana teknik di Indonesia yang bekerja sesuai dengan bidang studinya.  


Pada tahun 2012-2013 Bobby terpilih untuk menduduki posisi Chairman AFEO (ASEAN Federation of Engineering Organizations) atau federasi organisasi keinsinyuran se-ASEAN.


Di masa kepemimpinan ini, Bobby juga berhasil membawa PII menjadi tuan rumah Konferensi Insiyur se ASEAN (CAFEO) pada tahun 2013 lalu, setelah hampir selama 30 tahun lamanya Indonesia absen menjadi tuan rumah. Rud