Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah:  Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. MO

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam tertua dan terbesar di Indonesia, serta mempunyai pengaruh di bidang agama, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik. Organisasi berpengaruh yang memiliki puluhan juta anggota ini kini dipimpin oleh Haedar Nashir yang menggantikan Din Syamsuddin.

Haedar terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2015-2015 dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (6/8/2015).


Semula terdapat 39 calon ketua umum, lalu mengerucut menjadi 13 calon. Dari 13 calon tersebut Haedar memperoleh suara terbanyak, yakni 1.947 suara.


Pria yang sehari-harinya dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi anggota Muhammadiyah sejak tahun 1983. Pada periode 2000-2005 dia menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah.


Haedar memberikan apresiasi atas kinerja Din Syamsudin selama lima tahun terakhir. Menurut dia, banyak capaian yang diraih Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Din. “Pak Din memberikan capaian cemerlang dan makna strategis terhadap perkembangan Muhammadiyah. Terlebih, terkait jihad kebangsaan dan jiha konstitusi,” katanya saat memberikan keterangan kepada awak media di Universitas Muhammadiyah Makassar, Kamis (6/8/2015).


Di kancah global, menurut dia, Din berhasil menjalin relasi dengan banyak negara. Sehingga, kini banyak cabang-cabang istimewa Muhammadiyah yang telah terbentuk di sejumlah negara. Haedar dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti siap melanjutkan capaian yang telah diraih Din selama ini. “Insya Allah keberhasilan sebelum ini akan kami tingkatkan,” katanya.


Di bagian lain keterangannya kepada pers, dia mengatakan, salah satu kunci keberhasilan dalam menjaga harmonisasi hubungan adalah komunikasi. Selain itu, pengayoman antara kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas juga perlu mendapat perhatian.


“Maka harus menjadi platform berbangsa kita seluruhnya, yang besar mengayomi yang kecil, yang kecil bersinergi dengan yang besar,” tuturnya.


Haedar mengingatkan, sejak awal kelompok-kelompok di Indonesia telah memiliki bangunan kultur yang harmonis. Bangunan itu seharusnya dapat menjadi dasar kekuatan Indonesia dalam menjaga keamanan dan kondusivitas hubungan antaretnis.  Ia menambahkan, hubungan yang baik antaretnis akan berguna ketika sebuah konflik muncul di suatu wilayah. Akan ada upaya mediasi yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk meredakan situasi konflik maupun melokalisasi informasi sehingga mereduksi pandangan miring internasional terhadap Indonesia.


Muhammadiyah tidak berafialiasi dengan parpol manapun. Organisasi ini memberikan kebebasan kepada para kadernya untuk menyalurkan aspirasi politiknya ke parpol yang sesuai dengan hati nuraninya.


Para kader Muhammadiyah tersebar di sejumlah parpol. Selain itu banyak kader Muhammadiyah yang berkiprah di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta memiliki pengaruh kuat dalam kebijakan politik, agama, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.


Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di  Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tanggal 18 November 1912.


Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.


Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Fokus utama Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan umat. Muhammadiyah tercatat memiliki banyak rumah sakit, sekolah dan kampus di berbagai daerah di Indonesia. Pul