Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. MO

Amien Rais masih memiliki pengaruh kuat di partai yang didirikannya, Partai Amanat Nasional (PAN). Walaupun tidak duduk sebagai pengurus inti, pemikirannya mewarnai berbagai kebijakan PAN. Dan langkah-langkah strategis yang dilakukan PAN ikut mempengaruhi percaturan politik nasional.

Dia dijuluki tokoh reformasi. Di era pemerintahan Orde Baru (Orba) yang represif Amien Rais berani melawan Presiden Soeharto. Amien yang saat itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah  mampu menggerakkan jutaan massa berunjuk rasa menuntut Soeharto mundur karena terlalu lama berkuasa dan melakukan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Begitu kuatnya gerakan reformasi yang dimotori Amien sehingga membuat Soeharto tak berdaya.

Akhirnya Jenderal Besar yang berkuasa selama 32 tahun itu mengundurkan diri pada Kamis, 21 Mei 1998.


Soeharto digantikan oleh BJ Habibie yang sebelumnya menjadi Wakil Presiden. Habibie melakukan reformasi di bidang politik, antara lain memperbolehkan berdirinya partai politik baru. Gayung pun bersambut.  Di era reformasi itu bermunculan banyak partai. Amien mendeklarasikan PAN pada 23 Agustus 1998 dan menjadi Ketua Umumnya.


Pada Pemilu 1999 perolehan suara PAN kurang memuaskan, yakni hanya memperoleh 7,4% suara atau 34 kursi di DPR dan menempati peringkat kelima. Namun, Amien masih mampu bermain cantik dengan berhasil menjadi Ketua MPR. Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat itu.


Tahun 2004 Amien maju sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) yang pertama kali langsung dipilih oleh rakyat. Ia berpasangan dengan tokoh Golkar Siswono Yudhohusodo. Namun kalah melawan duet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Jusuf Kalla (JK). Kendati demikian Amien berhasil mengantarkan beberapa kader  PAN menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB).


Tahun 2005 terjadi regenerasi di tubuh PAN. Dalam Kongres PAN tahun 2005 terdapat dua calon ketua umum, yakni Soetrisno Bachir dan Fuad Bawazier. Amien Rais mendukung Soetrisno dan aktif berkampanye ke berbagai daerah untuk memenangkan Soetrisno. Dan hasilnya Soetrisno terpilih menjadi Ketua Umum PAN periode 2005 – 2010.


Selanjutnya Kongres PAN tahun 2010  diikuti dua calon ketua umum, yakni Hatta Rajasa dan Drajat Wibowo. Hatta yang mendapat dukungan dari Amien tampil sebagai pemenang. Hatta menjadi Ketua Umum PAN periode 2010 – 2015.


Kongres PAN 2015 lebih menarik lagi. Hatta maju lagi sebagai calon ketua umum, dan berhadapan dengan Ketua DPP PAN Zulkifli Hasan. Zulkifli yang juga Ketua MPR sukses menaklukkan Hatta, dan memimpin PAN periode 2015 – 2020.


Penasihat PAN ini memang masih memiliki pengaruh besar di partainya. Pemikirannya yang cerdas dan kritis dijadikan rujukan oleh kader-kader PAN yang tersebar di lembaga eksekutif, dan yudikatif.


Dalam Pilpres 2014 terdapat dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Gerindra, PAN, PKS, PPP, dan Golkar yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) mengusung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Sementara itu PDI-P, NasDem, PKB, Hanura, dan PKPI yang terhimpun dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mendukung Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK). Amien tampil sebagai jurkam KMP.  Dengan gayanya yang khas ia melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah kubu Jokowi – JK. Perjuangannya tak membuahkan hasil yang memuaskan. Jokowi – JK memenangkan Pilpres. KMP lalu mengambil sikap sebagai oposisi.


Berbagai pemikiran Amien yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Jokowi sering diikuti oleh partai-partai yang tergabung dalam KMP. Dan apa yang disuarakannya itu ikut mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh  pemerintah. Rud