Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Reza Indrayana, Foto: Dok.MO

Politisi Partai Golkar ini pantas menjadi salah satu tokoh berpengaruh di negeri ini, lantaran memimpin lembaga tinggi negara yang beranggotakan 560 orang dari 10 partai politik peraih kursi di DPR RI.

Setya Novanto, yang akrab dipanggil Setya,  sukses duduk di kursi wakil rakyat selama tiga periode berturut-turut. Ia juga seorang pengusaha sukses yang mempunyai banyak perusahaan di Batam dan Jakarta. Siapa sangka ke suksesan itu berawal dari garis kemiskinan orang tuanya yang bercerai sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar.


Dimulai dengan berjualan beras dan madu di Surabaya, Jawa Timur. Tak hanya itu, dia juga bekerja sebagai sales di sebuah dealer penjualan mobil di tengah kesibukan kuliahnya. Kepiawaiannya dalam memasarkan produk membuat pemilik dealer mempercayainya sebagai Kepala Penjualan Mobil di seluruh wilayah Indonesia Timur.


Kembali ke Jakarta, Setya yang telah meraih gelar sarjana muda melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti. Namun, modal yang ia dapatkan saat bekerja di dealer mobil habis digunakan untuk membayar biaya pendaftaran kuliah. Ia pun memutar otak untuk menjalankan bisnis kembali dengan membuka kios fotokopi di dekat kampus.


Di sinilah bakat bisnis pria kelahiran 12 November 1954 dimulai. Berkat kerja keras dan keuletannya, Setya mulai mengembangkan bisnis yang diawali dengan perkenalannya pada ayah dari salah seorang teman. Ia diminta untuk mengembangkan bisnis SPBU di daerah Cikokol, Tangerang, yang kemudian berhasil ia kembangkan dan sukses. Tak berapa lama kemudian, bersama teman-temannya ia mulai mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan. Kesuksesan demi kesuksesan akhirnya ia raih.


Berhasil menjadi pengusaha sukses membuat ayah dari empat anak ini ingin mencoba terjun pada dunia lain. Akhirnya dunia politik yang ia pilih. Bermula dengan membuat buku tentang mantan presiden Soeharto saat itu, ia bersama teman-temannya menerbitkan buku berjudul “Manajemen Soeharto”. Namun, buku tersebut dilarang beredar pasca bentrokan Mei 1997. Merasa tertarik dengan dunia politik, Setya mulai bergabung dengan Organisasi Bahumas Kosgoro dan PPK Kosgoro 1957, menjadi anggota Partai Golkar, aktif di kepengurusan KONI serta organisasi kemasyarakatan lainnya.


Kini, Setya tak hanya menjadi pengusaha sukses, karena kiprahnya di dunia politik pun kian teruji ketika ia berturut-turut menjadi anggota DPR-RI selama tiga periode dari Daerah  Pemilihan  Provinsi NTT - II Timor Rote dan Sumba.


Kemudian pada pemilihan pimpinan DPR RI, dia terpilih sebagai Ketua DPR RI periode 2014-2019. Di Partai Golkar, dia masuk sebagai anggota dan Wakil Ketua Bapilu, Sekretaris Kordawil NTT,NTT,Bali, dan Maluku.


Di parlemen, Setya berusaha memperjuangkan wilayah daerah pemilihannya, antara lain,  mengusulkan kepada pemerintah pusat agar posisi NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste yang rawan penyelundupan barang dan manusia mendapat prioritas pengamanan dari daerah lain.


Misalnya memindahkan Kodam IX Udayana di Bali ke NTT. Selain itu status Polda NTT harus dinaikkan, dan Kapolda NTT harus dijabat oleh perwira berbintang dua. Dia juga minta penjadwalan ulang perjanjian Celah Timor. Sebab, minyak di Celah Timor (Timor GAP) mempunyai potensi yang amat besar.


Sebelum menjabat Ketua DPR RI, pada periode sebelumnya Setya dipercaya sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar. Ia duduk di Komisi III Fraksi Partai Golkar DPR-RI, pernah menjabat koordinator Panitia Anggaran Komisi III DPR-RI, Sekretaris Panitia Kerja DAK/DAU, Panitia Khusus Anggota Orang Hilang,  dan Hak angket BBM. Pul