Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Giattri FP, Foto: Dok.MO

Di ranah bisnis di nusantara, nama Hariyadi Sukamdani tentu sudah dikenal orang. Saat ini, Hariyadi menjabat Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Memimpin ribuan pelaku usaha di Indonesia jelas memerlukan kemampuan khusus. Dan para pengusaha negeri ini percaya Hariyadi dapat memimpin Apindo.

Sesaat setelah terpilih sebagai Ketua Umum Apindo, Haryadi langsung menyuarakan tekadnya untuk meningkatkan sinergi antara pemerintah dan dunia usaha. Selain itu, ia akan memaksimalkan peran Apindo dalam memaksimalkan potensi investasi asing untuk mengembangkan dan membangun ekonomi nasional.


Apindo telah menyerahkan peta jalan (roadmap) perekonomian yang berisi rekomendasi kebijakan kepada pemerintah baru.  Presiden direktur PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk ini menyatakan, targetnya selama memimpin Apindo adalah memperluas lapangan kerja. “Apindo core bisnisnya di bidang tenaga kerja. Misi kami adalah penciptaan lapangan tenaga kerja.” ungkapnya.


Namun, masalah penciptaan lapangan kerja terkait dengan berbagai bidang. Karena, banyak faktor yang bisa menghambat penciptaan lapangan kerja. Ini yang membuat Apindo seolah-olah proaktif ke mana-mana.


Selain itu, selama ia menakhodai organisasi yang sebelumnya dipimpin oleh Sofjan Wanandi ini telah meluncurkan International Partnership Service Center (IPSC). Ini dilakukan guna memfasilitasi investor asing dalam melakukan business match di dalam negeri. IPSC akan menyediakan informasi mengenai tata cara untuk berinvestasi dan berbisnis di Indonesia, membantu menghubungkan dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), serta melakukan business match dengan pemain lokal.


IPSC ini merupakan institusi yang akan menggalakkan kerja sama antara perusahaan Indonesia dan perusahaan asing. Sebenarnya, yang Apindo kerjakan itu inline dengan visi utamanya, yakni penciptaan lapangan kerja.


Pilihannya membuat IPSC karena ia melihat animo perusahaan asing yang ingin masuk ke Indonesia sangat besar, terutama yang menengah. “Kami tidak mengurusi yang besar. Yang besar sudah bisa mengurusi sendiri. Tapi, yang menengah, itu mereka sangat berminat. Namun, mereka bingung mau partner sama siapa dan mencari informasi sama siapa,” ujarnya.


Ia berharap, program itu bisa merangsang munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bisa membuka lapangan kerja baru.


Ia berharap, program itu bisa merangsang munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bisa membuka lapangan kerja baru lantaran animo dari seluruh duta besar negara sahabat luar biasa. “Kalau saya tidak salah itu, ada 25 duta besar hadir dalam acara itu,” ujarnya.


Ia mengatakan bahasa sederhananya adalah Apindo membuat biro jodoh, mengawinkan perusahaan lokal dan asing.


“Bagaimanapun teman-teman asing punya pengetahuan. Mereka punya teknologi, kemampuan manajemen, punya pengalaman pemasaran cukup bagus. Kita di sini punya pasarnya. Tapi, kita tidak kuasai bagaimana optimalkan kapasitas output-nya, Dengan dikawinkan, Insya Allah hasilnya bagus. Kalau misalnya kami kawinkan antara asing dan lokal, usaha bersama itu, pengusaha lokalnya akan mendapat nilai tambah. Itu adalah kerja besar kami, ” jelasnya.


Ia juga menargetkan untuk menggenjot semua sektor yang terkait dengan kepentingan anggota Apindo, bisa tumbuh dengan baik. Kalau hubungan industrial di dalam, ia mencanangkan Apindo bisa keluarkan perusahaan patungan baru.


“Saya merasa kinerja saya bisa terukur. Kalau yang dulu lintas sektor. Kalau yang ini, murni dikerjakan sendiri. Kami promosikan ke luar negeri. Kami dorong ber-partner untuk perusahaan lokal. Jadi, nanti secara umum, akan berikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi,” tandasnya. Rud