Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok.MO
Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut berperan besar dalam menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia. Dan salah satu sosok penting terciptanya keharmonisan umat beragama itu adalah Ketua MUI Pusat Din Syamsuddin.
Hubungan antarumat beragama sempat terganggu dengan terjadinya penyerangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan sholat Idul Fitri oleh umat Kristen di Karubaga, ibukota Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7/2015). Peristiwa ini dikenal dengan sebutan kasus Tolikara. Akibat peristiwa tersebut umat Islam di seluruh pelosok Tanah Air menjadi murka.
Terkait kasus Tolikara, Rabu (22/7) MUI Pusat lantas mengeluarkan pernyataan sikap yang isinya menyesalkan dan mengutuk keras tindak kekerasan terhadap umat Islam yang sedang melakukan ibadah sholat Idul Fitri di Lapangan Koramil 1402-11, Karubaga, Tolikara, yang menyebabkan jatuh korban dan dibakarnya Masjid Baitul Muttaqin, dan puluhan kios milik kaum Muslimin yang jelas-jelas melanggar UUD 1945.
MUI meminta aparat keamanan untuk mengusut tuntas dan menindak tegas semua pihak yang terlibat dalam tragedi teror terhadap umat Islam di Tolikara sampai ke akar-akarnya, dan meminta pemerintah untuk membangun kembali masjid dan seluruh kios yang dibakar.
Selain itu MUI mendesak pemerintah pusat dan pemerintah daerah Papua untuk memproses hukum secara objektif, jujur, dan transparan bagi semua pihak yang terlibat, terutama aktor intelektual sampai ke pengadilan.
MUI mendesak pemerintah dan semua pihak untuk mewaspadai dan mencegah gerakan teror terhadap agama dan umat Islam serta agama-agama lain di Indonesia, sehingga peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Di saat bersamaan, MUI juga secara tegas mengimbau umat Islam di Indonesia agar dapat menahan diri, tidak terprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan, dan hendaknya meningkatkan solidaritas serta persatuan umat dalam rangka mengawal tegaknya NKRI.
Berkat peran MUI yang dimotori Din Syamsuddin, akhirnya pihak-pihak yang bertikai di Tolikara dapat didamaikan. Sementara itu aparat keamanan telah menangkap dalang penyerbuan terhadap umat Islam.
MUI yang didirikan di Jakarta tanggal 26 Juli 1975 juga telah lama ikut andil mendamaikan konflik umat Islam dengan umat beragama lainnya di berbagai daerah.
Din semula menduduki posisi Wakil Ketua Umum MUI Pusat, lalu “naik kelas” menjadi Ketua Umum menggantikan KH Sahal Mahfudz yang meninggal dunia pada Jumat, 24 Januari 2014. Din sebelumnya politisi Golkar dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode, yakni periode 2005 – 2010 dan periode 2010 – 2015. Ia kerap diundang untuk menghadiri berbagai macam konferensi tingkat internasional berkenaan dengan masalah hubungan antara umat beragama dan perdamaian. Ia pernah diundang ke Vatikan untuk memberikan ceramah umum tentang terorisme dalam konteks politik dan ideologi.
Din mengungkapkan bahwa terorisme lebih relevan bila dikaitkan dengan isu politik dibandingkan dengan isu ideologi. Sejalan dengan itu, ia juga tidak senang bila sebagian kelompok umat Islam menggunakan label Islam dalam melakukan aksi-aksi terorisme. Menurutnya, aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam justru sangat merugikan umat Islam baik pada tingkat internal umat Islam maupun pada skala global.
Ia dipandang sebagai sosok pemimpin umat Islam bukan hanya karena dia Ketua Umum MUI dan tokoh Muhammadiyah, tetapi lebih dari itu karena kemampuannya berdialog dengan seluruh elemen umat beragama baik antarsesama umat Islam, maupun dengan umat beragama lainnya. Pul