Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Dok. MO
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri memiliki kharisma yang kuat. Ia sukses mengantarkan PDI-P menjadi partai besar. Lewat partainya, Megawati berhasil menjadi presiden. Ia juga berhasil mengantarkan seorang kadernya, Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden RI ke-7.
Dyah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, itu nama lengkap Presiden RI ke-5 yang lebih populer dengan nama Megawati Soekarnoputri ini. Ia sangat dicintai dan dihormati oleh kader-kader PDI-P. Hal ini terbukti ia dipercaya menjadi Ketua Umum sejak partai ini dideklarasikan tahun 1999 hingga kini. Megawati adalah simbol pemersatu di PDI-P.
Megawati tak hanya mewarisi kharisma ayahnya, Presiden pertama RI Ir. Sukarno, tetapi juga menjadi simbol perjuangan. Jika Sukarno menjadi simbol perjuangan gigih melawan penjajah, Belanda dan Jepang, sekaligus bersama Mohammad Hatta menjadi proklamator Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, maka Mega menjadi simbol perjuangan melawan tindakan represif pemerintahan rezim Orde Baru (Orba).
Mega terjun ke dunia politik dan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) tahun 1987. Pada masa pemerintahan Orba hanya terdapat tiga partai, yakni Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan PDI. Golkar mesin utama Orba.
Partai beringin ini didirikan oleh Presiden Soeharto. Jenderal Besar ini juga duduk sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar. Oleh karena itu, Orba identik dengan Golkar dan Soeharto. Dalam enam kali pemilu di era Orba, yakni Pemilu 1971, Pemilu 1977, Pemilu 1982, Pemilu 1987, Pemilu 1992, dan Pemilu 1997, Golkar selalu keluar sebagai pemenang. Sedangkan PPP dan PDI harus puas menduduki peringkat kedua dan ketiga.
Pada Pemilu 1987 Megawati terpilih menjadi anggota DPR. Selanjutnya ia kembali menjadi anggota DPR pada Pemilu 1992. Popularitasnya semakin melejit ketika Megawati terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1993-1998 dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 2-6 Desember 1993.
Terpilihnya Mega menjadi ketua umum PDI membuat pemerintah seperti kebakaran jengggot. Pemerintah jelas tidak senang, karena Mega menjadi ancaman bagi Golkar. Pemerintah khawatir PDI akan menjadi pemenang pada Pemilu 1997 dan Mega menjadi calon presiden dalam Sidang Umum MPR 1998. Pemerintah semakin gerah ketika pada akhir 1995 beredar formulir pencalonan Megawati sebagai presiden di kalangan anggota Fraksi PDI DPR.
Pemerintah berhasil menggulingkan Megawati pada tahun 1996. Pemerintah mendukung digelarnya kongres PDI tandingan di Asrama Haji Pangkalan Mansyur, Medan, 20-22 Juni 1996. Dalam kongres itu Soerjadi yang direstui pemerintah terpilih menjadi ketua umum. Padahal sebelumnya pemerintah tak mengakui Soerjadi ketika terpilih menjadi ketua umum dalam Kongres IV PDI di Medan tanggal 21-25 Juli 1993.
Megawati tak mau mengakui Soerjadi. Megawati menganggap dirinya Ketua Umum PDI yang sah. Para pendukungnya menduduki kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat. Sabtu pagi, 27 Juli 1996, kantor PDI diserbu massa yang dibantu aparat keamanan. Setelah jatuhnya Soeharto pada Kamis, 21 Mei 1998, banyak bermunculan partai-partai baru. Megawati mendeklarasikan PDI-P di Stadion Utama Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, 14 Februari 1999. Dan PDI-P keluar sebagai pemenang Pemilu 1999.
Pada Pemilu 2004 PDI-P menduduki peringkat kedua. Pada Pemilu 2009 PDI-P menempati posisi ketiga. Dan pada Pemilu 2014 PDI-P tampil sebagai jawara, sekaligus sukses mengantarkan Jokowi menjadi Presiden RI periode 2014-2019. Pul