Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Andi Nursaiful Foto: Dok. MO

Kesehatan adalah salah satu syarat majunya sebuah bangsa. Maka peran BUMN Farmasi terbesar Kimia Farma tentu sangat strategis. Di pundak Rusdi Rosman, Sang Direktur Utama, tanggung jawab itu dipikulkan.

Berdiri sejak 1917, Kimia Farma adalah pioner industri farmasi di Tanah Air. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, perusahaan berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia,  yang tentu saja berperan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.


Tak hanya merajai industri farmasi di Indonesia, sebab korporasi farmasi yang terintegrasi ini sudah melakukan ekspansi bisnis ke tingkat global, melalui perdagangan internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah memasuki pasar di Eropa, India, Jepang, Taiwan dan Selandia Baru.


Produk Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke Yemen, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, dan Papua New Guinea. Demikian juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru seperti  Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain dan Bangladesh.


Produk Herbal merupakan target utama korporasi untuk periode mendatang mengingat banyaknya peminat dan pembeli potensial yang telah menunjukkan minat untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan.


Menjadi perusahaan pelat merah di sektor farmasi memang tidak mudah. Selain dituntut mencari untung, perseroan juga harus mendukung program sistem jaminan kesehatan nasional dengan menjual obat generik.


Rusdi Rosman memahami betul tuntutan itu sehingga tak pernah absen dalam tender obat generik yang rutin digelar pemerintah. Meskipun, secara bisnis margin laba obat generik jauh lebih kecil dibandingkan dengan obat resep.


Tahun ini, Rusdi mengincar Rp500 miliar dari pelaksanaan tender obat generik. Saat ini, Rusdi mengatakan telah mengantongi tender penyediaan obat generik hingga Rp400 miliar. Untuk itu, Kimia Farma sudah menambah kapasitas produksi hingga 3,5 miliar butir per tahun dengan membangun pabrik baru di Banjaran, Bandung.


Prospek cerah usaha ritel farmasi juga mendorong Kimia Farma menggenjot produk ekspor serta menambah jumlah apotek dan klinik. Tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 590 miliar untuk 100 apotek dan 100 klinik sampai akhir tahun. Hingga akhir tahun lalu,  jumlah apotek Kimia Farma mencapai 617 apotek dan 250 klinik, ditambah 47 cabang distribusi dan 41 laboratorium klinik. Rusdi mencanangkan konsep One Stop Health Care Services (OSHCS) hingga jumlah klinik dan apoteknya bisa berjumlah 1.000 unit pada 2018.


Konsep OSHCS adalah pelayanan kesehatan yang terpadu dan menyatu dalam satu tempat. Maksudnya, di dalam apotek Kimia Farma juga ada klinik di mana pengunjung bisa memeriksakan kesehatannya, bukan hanya sekedar tempat membeli obat. Rusdi juga bertekad untuk terus melakukan ekspansi distribusi. Tahun ini akan ada tiga negara baru tujuan ekspor yang disasar. Dua di antaranya terletak di Afrika serta satu di Phnom Penh, Kamboja.


Tiga bulan pertama tahun ini, Kimia Farma di bawah Rusdi telah membukukan pendapatan sebesar Rp 1,01 triliun (naik 16,5%). Sedangkan laba bersih Kuartal I-2015 melonjak 87,85% menjadi Rp 43,9 miliar.