Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Giattri. F.P Foto: Dok. MO

Meski baru ‘separuh jalan’  memimpin Ibu Kota Negara ini,  Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah memberikan banyak perubahan di berbagai bidang, khususnya di sektor pelayanan publik bagi warga DKI  Jakarta. 

Ya, dikatakan separuh jalan karena eksistensinya sebagai Gubernur DKI adalah melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dalam Pemilihan Presiden 2014 lalu. Saat itu, Ahok, demikian ia akrab disapa, adalah Wakil Gubernur DKI mendampingi Joko Widodo.


Sejatinya Ahok adalah seorang pengusaha kontraktor di bidang pertambangan timah, namun karena situasi dan kondisi politik saat itu yang kurang berpihak kepada rakyat kecil, ia memilih terjun ke politik. Ihwal keterarikannya terjun ke dunia politik, seperti dikutip ahok.org  tak lain karena nasihat sang ayah yang mengingatkan Ahok dengan sebuah ilustrasi, “jika seseorang ingin membagikan uang 1 milyar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk  2000 orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat”.  Ia pun termotivasi.


Bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) adalah awal mula ia menjalani kehidupan berpolitik dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Selama di DPRD ia berhasil menunjukkan integritasnya dengan menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat karena ia satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka sementara anggota DPRD lain lebih sering “mangkir”.


Setelah 7 bulan menjadi DPRD, muncul banyak dukungan dari rakyat yang mendorong Ahok menjadi bupati. Maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, Ahok mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan mengajar dan melayani langsung rakyat dengan memberikan nomor telepon genggamnya yang juga adalah nomor yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan cara ini ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi dan kebutuhan rakyat. Secara mengejutkan ia berhasil mengantongi suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.


Dalam pemilu legislatif 2009 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standar baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja.  Ada satu keyakinan Ahok  yakni perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Itulah yang kini tengah dilakukan Ahok. Ia berani dan tegas menegakkan aturan atas dasar kebenaran dan konstitusi.


Dukungan Ahok kepada Jokowi saat memimpin Jakarta telah melahirkan sejumlah langkah strategis untuk warga Jakarta seperti misalnya diluncurkannya Kartu Jakarta Sehat (10 November 2012) dan Kartu Jakarta Pintar (1 Desember 2012). Mereka juga  menandatangani Mou Bersama BPK Untuk mendukung Transparansi & Monitoring APBD DKI. Selain itu sistem Pajak Online juga mulai diterapkan di Jakarta. Dan, demi memunculkan nuansa budaya Betawi, Jokowi menetapkan busana Betawi menjadi seragam resmi PNS DKI Jakarta yang dikenakan pertama kali Rabu 3 Januari lalu. Rud