Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah: Sahrudi Foto: Dok.MO

Kepemimpinan Muhammad Nurdin Abdullah sebagai Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan telah berhasil mengalihkan perhatian tak hanya warga Bantaeng dan Sulawesi Selatan saja, tapi juga nasional bahkan internasional. Banyak yang terkejut karena Bantaeng kini telah berubah drastis dari daerah yang “tidak ada apa-apanya” menjadi wilayah yang sukses meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyatnya.

Tak berlebihan memang jika Nurdin dianggap sebagai ikon pemimpin yang mampu  menggerakkan perekonomian dan potensi daerahnya. Betapa tidak, ia mampu mengubah kabupaten tertua di Sulawesi Selatan yang menjadi pusat pemerintahan Belanda dan pusat perdagangan tempo dulu itu dalam waktu relatif singkat. Tercatat, sebelum dirinya menjabat bupati tahun 2008, Bantaeng termasuk 199 daerah tertinggal di Indonesia dengan infrastruktur dan layanan kesehatan yang buruk dan pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen dan kini melesat cepat menjadi 9,2 persen.


Di awal kepemimpinannya dan dengan dana APBD yang terbatas, Nurdin berhasil menerapkan sejumlah strategi untuk membangun daerah yang memiliki luas 395,83 Km, itu antara lain dengan menjaring kerjasama dalam dan luar negeri.  Di bidang kesehatan misalnya, ia berhasil menciptakan layanan kesehatan 24 jam ‘mobil ambulans’ dengan armada ambulan hasil hibah dari pemerintah Jepang. Sehingga, ketika ada masyarakat sakit, maka dokter yang siaga  24 jam bisa langsung ditelepon di nomor  113 dan semuanya dilayani gratis dengan ambulans berfasilitas lengkap dan canggih yang bahkan bisa melakukan operasi dan pelayanan persalinan bagi ibu melahirkan. Walhasil, target menekan angka kematian ibu menjadi nol persen di Kabupaten Bantaeng berhasil terealisasikan. Sektor pertanian, pun tak kalah berkembangnya karena pertanian merupakan sektor paling strategis. Tercatat sekitar 74% penduduk Kabupaten Bantaeng bekerja di sektor ini. Sebagai orang berlatar belakang pertanian, ia ingin meningkatkan kesejahteraan petani dengan pola yang unik misalnya jika dulu petani jagung menanam jagung dan menjual jagung, sekarang petani jagung tak hanya menjual jagung, tapi juga benihnya. Sehingga mampu mendongkrak penghasilan petani menjadi berlipat-lipat.


Karena itu, pencapaian pembangunan sektor pertanian yang maksimal telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yakni mencapai 9,1%. Itu dibarengi dengan peningkatan income per kapita masyarakat yang mencapai Rp18 juta. Begitu pula tabungan masyarakat di bank telah mencapai Rp803 miliar lebih, dari sekitar Rp178 miliar pada periode sebelumnya. DI sisi lain, Bantaeng mampu menjaga ketahanan pangan bahkan bisa surplus pangan hingga 21 persen. Daerah ini pun tumbuh dengan berbagai industri pengolahan hasil pertanian dan sukses merintis pengolahan hasil pangan sekaligus pengepakannya. Hasil-hasilnya pun kini sudah diekspor ke berbagai negara, khususnya Jepang dan Cina. Selain itu, industri pengalengan hasil laut pun berkembang di daerah ini.


Meski bukan daerah yang kaya dengan sumberdaya alam, Nurdin mampu menggerakkan pembangunan industri di sektor pertambangan antara lain dengan pembangunan smelter untuk mengolah bijih nikel yang bahan bakunya diharapkan datang dari wilayah pertambangan di kawasan Indonesia timur. Bahkan, Bantaeng siap menjadi kawasan ekonomi khusus smelter.


Dengan perubahan dan pembangunan yang terus bergerak itu, tak mengherankan jika banyak daerah yang berkaca pada daerah ini. Banteng menjadi “laboratorium” pilihan 104 kabupaten kota di Indonesia yang melakukan studi banding di daerah itu selama tahun 2014 mengingat saat ini Bantaeng telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Selatan.


Kesuksesan Nurdin membangun Bantaeng mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan baik dalam maupun luar negeri. Konsul Jenderal Amerika Serikat Joaquin Monserrate bahkan menyempatkan diri ke Bantaeng pada akhir 2014 lalu untuk melihat langsung pertumbuhan ekonomi dan layanan kesehatan di daerah ini. Rud