Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015
Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. MO
Meski bukan pengurus inti di Partai Golkar, Akbar Tanjung masih memiliki pengaruh besar partai berlambang pohon beringin itu. Akbar dapat diterima di dua kubu yang bertikai, yakni kubu Aburizal Bakrie (ARB) dan kubu Agung Laksono. Ia menjadi penengah dalam konflik Golkar walaupun belum 100 persen berhasil.
Duet Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) yang didukung PDI-P, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI berhasil mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang diusung Gerindra, Golkar, PKS, dan PPP dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) tanggal 9 Juli 2014. Parpol pendukung Jokowi-JK tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH), sedangkan parpol pengusung Prabowo - Hatta terhimpun dalam Koalisi Merah Putih (KMP).
Pasca kekalahan Prabowo – Hatta, Golkar terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu ARB atau Ical dan kubu Agung Laksono. ARB kembali terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar periode 2014-2019 dalam Musyawarah Nasional (Munas) IX Golkar di Nusa Dua, Bali, 30 November - 3 Desember 2014.
Tim Penyelamat Partai Golkar yang dipelopori Agung Laksono tak mengakui Munas Bali. Agung dan kawan-kawan menyelenggarakan Munas IX Golkar tandingan di Hotel Mercure, Jakarta, 6-8 Desember 2014. Hasilnya, Agung terpilih sebagai ketua umum. Namun, kubu ARB menolak mengakui Munas Jakarta.
Dualisme kepengurusan Golkar ini selanjutnya bergulir ke pengadilan. Dalam situasi seperti ini politisi senior Akbar Tanjung mencoba mendamaikan dua kubu. Ketua Dewan Pertimbangan Golkar versi kubu ARB ini dapat diterima oleh dua kubu.
Sampai saat ini upayanya mendamaikan kubu ARB dan Agung belum berhasil 100 persen, tetapi dia optimis Golkar akan bersatu kembali. Akbar tak mau kemelut di tubuh Golkar terus berlangsung, sebab dapat merugikan Golkar dalam Pilkada serentak pada Desember 2015 dan Pemilu 2019.
Pria yang pernah menjadi Menteri Pemuda dan Olah Raga (1983-1988), Menteri Perumahan Rakyat (1988-1993), Menteri Lingkungan Hidup (1998), dan Menteri Sekretaris Negara (1999), dan Ketua DPR (1999-2004) di era Orde Baru (Orba) ini adalah penyelamat Golkar.
Akbar kader Golkar sejak 1977. Ia pernah menjadi anggota DPR periode 1977 – 1982. Kamis, 21 Mei 1998 Orba yang identik dengan Golkar tumbang seiring terjungkalnya Presiden Soeharto dari kekuasaannya karena gerakan reformasi.
Pada Juli 1998 digelar Munaslub Golkar, dan Akbar terpilih menjadi ketua umum Golkar periode 1998-2003. Ia mengalahkan Edy Sudrajat. Setelah tumbangnya Orba, muncul gerakan anti Golkar. Di sejumlah daerah kantor Golkar dibakar, dan kader-kader Golkar dianiaya. Tanpa gentar Akbar berkeliling ke berbagai daerah untuk memberi semangat pada kader-kader Golkar.
Berkat kepiawaian Akbar, Golkar terselamatkan. Sebelumnya banyak pengamat yang memprediksikan Golkar ‘habis’ pada Pemilu 1999. Ternyata ramalan itu meleset. Pada Pemilu 1999 yang merupakan pemilu di era reformasi dan diikuti 48 parpol, Golkar meraih suara terbesar kedua setelah PDI-P.
Seandainya saat itu yang menjadi ketua umum Golkar bukan Akbar Tanjung, tampaknya sulit Golkar meraih suara signifikan. Sebelumnya dalam enam kali pemilu di era Orde Baru, yakni Pemilu 1971, Pemilu 1977, Pemilu 1982, Pemilu 1987, Pemilu 1992, dan Pemilu 1997 Golkar selalu muncul sebagai juara.
Kekalahan Golkar pada Pemilu 1999 memacu Akbar untuk bekerja ekstra keras. Dan usahanya membuahkan hasil yang menggembirakan. Akbar berhasil mengembalikan kejayaan Golkar, di mana pada Pemilu 2004 Golkar menjadi juara. Pul