Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 August 2015

Naskah:  Arif Rahman Hakim, Foto: Dok.MO

Menduduki posisi Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), sebuah organisasi keagamaan yang memiliki jamaah yang berjumlah besar, membuat pendeta Henriette Hutabarat Lebang mempunyai pengaruh yang besar. Salah satu agenda besarnya adalah menciptakan keharmonisan antarumat beragama.

Henriette Tabita Lebang terpilih sebagai Ketua Umum PGI periode 2014-2019 dalam Sidang Raya XVI PGI di Gunung Sitoli, Nias, Sumatera Utara,  Jumat, 14 November 2014. Eri, panggilan akrabnya, menggantikan pendeta Andreas Anangguru Yewangoe. Terpilihnya Eri merupakan sejarah baru bagi PGI dipimpin oleh perempuan sejak organisasi keagamaan ini didirikan tahun 1950.


Eri yang berasal dari Gereja Toraja menjadi kandidat perempuan satu-satunya dari enam kandidat yang ada, sekaligus kandidat dengan perolehan suara tertinggi, yakni 66 suara. Sedangkan kandidat lain yakni Richard Daulay (Gereja Methodis Indonesia) 23 suara, John Ruhulesin (Gereja Protestan Maluku) 23 suara, Albertus Patty (Gereja Kristen Indonesia) 11 suara dan Langsung Sitorus (Gereja Huria Kristen Indonesia) 2 suara.


Perempuan ini kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 11 Oktober 1952. Dia menikah dengan mendiang Ralph Donald Manahara Hutabarat dan dikaruniai dua anak yakni Dorothea Marannu dan Cita Lanrianna.


Eri berlatar belakang pendidikan Sarjana Muda Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta tahun 1975. Kemudian meraih gelar Sarjana Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 1977. Tak sampai di situ keinginannya untuk terus menimba ilmu berlanjut hingga gelar Master of Arts on Christian Education, PSC, Richmond, Virginia, USA pada tahun 1987 serta Doctor of Education dari Presbyterian School of Christian Education, PSCE, Richmond, Virginia, USA pada tahun 1991.


Sejak tahun 1991, Pdt. Eri Lebang mengawali pelayanannya menjadi staf di Lembaga Pembinaan Kader (LPK) Gereja Toraja. Kemudian dia menduduki jabatan sebagai Pengurus Pusat Gereja Toraja (PPGT), Ketua I Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja dan Ketua Badan Pembinaan Warga Gereja di BPS Gereja Toraja. Dia juga tercatat menjadi Direktur Institut Teologi Gereja Toraja sejak 2006 – 2010.


Eri ternyata tak lagi asing di lingkungan PGI. Pasalnya, ia  sudah memulai pelayanan sejak 1980 sebagai asisten Sekjen, lalu terpilih menjadi Ketua Departemen Perempuan PGI sejak 1984-1986. Eri pun terlibat dalam pelayanan tingkat Asia sebagai Sekretaris Jenderal di Dewan Gereja-gereja atau Christian Conference of Asia (CCA) hingga 2015. Dalam hal ini dia pun dikenal sebagai perempuan pertama Asia yang pernah menjadi pemimpin tertinggi CCA.


Eri Lebang juga aktif dalam World Council of Chruches (WCC) atau Dewan Gereja-gereja Sedunia. Keterlibatannya dalam pelayanan ini dimulai sejak dirinya terpilih sebagai anggota Central Committee and Executive Committee dari lembaga oikumene global pada Sidang Raya ke-10 WWC di Busan, Korea Selatan, tahun 2013.


Salah satu tugas besar yang diembannya adalah menciptakan keharmonisan antar umat beragama. Menurutnya, konflik terjadi di beberapa daerah seperti di Kabupaten Tolikara, Papua, Juli 2015, mengindikasikan mulai lunturnya sifat toleransi antar umat beragama.


"Sikap PGI adalah menghargai seluruh golongan agama termasuk menghargai kebebasan warga negara beribadah,” ujar Pendeta Henriette saat menghadiri Sidang Raya ke-33 Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) ke 33 di  Desa Wakan, Kecamatan Amurang Barat, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, Senin (20/7/2015).


Ia mengajak warga gereja terus membangun dan menjaga kebersamaan, persatuan dan kesatuan, dan saling menghormati satu dengan lain. Pul